BAB I
PENDAHULUAN
A.
latar
belakang
Semua manusia ini diciptakan pada
dasarnya sama. Sama-sama cerdas,
pintar, pandai, tidak ada manusia yang
bodoh, Yakin dan Percayalah akan hal itu
Karena Tuhan itu Maha Adil. Mungkin anda merasa tidak percaya diri , karena anda tidak bisa menjadi seperti orang lain, yang bisa
mendapat juara kelas, bisa mendapatkan teman yang banyak, bisa mengerjakan
soal-soal dari dosen ataupun guru. Yakinlah, itu semua karena kecerdasan yang
anda miliki masih terkekang belum terbebas dari belenggu kemalasan dan
kesibukan.
BAB II
PEMBAHASAN
1.
Perkembangan
Kecerdasan
A.
Pengertian
kecerdasan
Kecerdasan adalah kemampuan general manusia untuk melakukan
tindakan-tindakan yang mempunyai tujuan dan berpikir dengan cara rasional. Selain
itu, kecerdasan dapat juga diartikan sebagai kemampuan pribadi untuk memahami, melakukan Inovasi dan
memberikan solusi terhadap dalam berbagai situasi.
B.
Teori – Teori tentang Kecerdasan
pengertian kecerdasan yang dikemukan oleh beberapa
ahli berikut ini:
- Gregory: Kecerdasan adalah kemampuan atau keterampilan untuk
memecahkan masalah atau menciptakan produk yang bernilai dalam satu atau
lebih bangunan budaya tertentu.
- C.
P. Chaplin: Kecerdasan adalah kemampuan
menghadapi dan menyesuaikan diri terhadap situasi baru secara tepat dan
efektif.
- Anita
E. Woolfolk: Kecerdasan adalah kemampuan
untuk belajar, keseluruhan pengetahuan yang diperoleh, dan kemampuan untuk
beradaptasi dengan situasi baru atau lingkungan pada umumnya.
C.
Klasifikasi Kecerdasan
1. Intellegent Quotient (IQ)
Kecerdasan Pikiran ini merupakan
kecerdasan yang bertumpu kemampuan otak kita untuk berpikir dalam menyelesaikan
masalah. Jika kita mengikuti Psikotes, ada banyak soal yang menuntut kejelian
pikiran kita untuk menjawabnya, misalnya soal mengenai delik ruang seperti
bentuk ruang kubus yang diputar-putar akan menjadi seperti apa. Soal ini
bertujuan untuk melihat kemampuan pikiran kita dalam menyelesaikan suatu
masalah dari berbagai sisi.
Sudah bertahun-tahun dunia akademik,
dunia militer (sistem rekrutmen dan promosi personel militer) dan dunia kerja,
menggunakan IQ sebagai standar mengukur kecerdasan seseorang. Tetapi namanya
juga temuan manusia, istilah tehnis yang berasal dari hasil kerja Alfred Binet
ini (1857 – 1911) lama kelamaan mendapat sorotan dari para ahli dan mereka
mencatat sedikitnya ada dua kelemahan (bukan kesalahan) yang menuntut untuk diperbaruhi,
yaitu:
· Pemahaman absolut terhadap skor IQ
Steve Hallam berpandangan, pendapat
yang menyatakan kecerdasan manusia itu sudah seperti angka mati dan tidak bisa
diubah, adalah tidak tepat. Penemuan modern menunjuk pada fakta bahwa kecerdasan
manusia itu hanya 42% yang dibawa dari lahir, sementara sisanya, 58% merupakan
hasil dari proses belajar.
· Cakupan
kecerdasan manusia : kecerdasan nalar, matematika dan logika.
Steve Hallam sekali lagi mengatakan bahwa pandangan tersebut tidaklah tepat, sebab dewasa ini makin banyak pembuktian yang mengarah pada fakta bahwa kecerdasan manusia itu bermacam-macam. Buktinya, Michael Jordan dikatakan cerdas selama berhubungan dengan bola basket. Mozart dikatakan cerdas selama berurusan dengan musik. Mike Tyson dikatakan cerdas selama berhubungan dengan ring tinju.
Steve Hallam sekali lagi mengatakan bahwa pandangan tersebut tidaklah tepat, sebab dewasa ini makin banyak pembuktian yang mengarah pada fakta bahwa kecerdasan manusia itu bermacam-macam. Buktinya, Michael Jordan dikatakan cerdas selama berhubungan dengan bola basket. Mozart dikatakan cerdas selama berurusan dengan musik. Mike Tyson dikatakan cerdas selama berhubungan dengan ring tinju.
2. Emotional Quotient (EQ)
Disebut juga kecerdasan Emosi.
Kecerdasan Emosi ini didasarkan kepada kemampuan manusia dalam mengelola emosi
dan perasaan. Kecerdasan Emosi ini sangat berpengaruh dalam performace dan
kecakapan emosi kita dalam bekerja, dan juga kemampuan diri kita dalam
menghadapi suatu masalah. Seseorang yang memiliki Emosi yang buruk walaupun IQ
nya besar, dia akan gagal dalam hidupnya dikarenakan tidak mampu mengontrol
diri saat menghadapi suatu masalah. Kecerdasan emosi sudah menjadi suatu tolok
ukur utama yang dicari oleh perusahaan pada pegawainya dan sering merupakan
karakteristik penentu kesuksesan dalam kerja dan pembedaan kinerja dan
performace suatu karyawan. Kecerdasan emosi adalah kemampuan untuk mendapatkan
dan menerapkan pengetahuan dari emosi diri dan emosi orang lain agar bisa lebih
berhasil dan bisa mencapai kehidupan yang lebih memuaskan. Dalam psikotes pun
kecerdasan emosi ini sering menjadi tolak ukur utama dalam merekrut pegawai,
karena dengan kecerdasan emosi yang tinggi walaupun memiliki IQ yang rendah
cenderung perusahaan merekrut pegawai yang memiliki kecerdasan emosi yang
tinggi, karena kecerdasan IQ mudah untuk ditingkatkan dibandingkan kecerdasan
emosi.
Daniel Golemen, dalam bukunya
Emotional Intelligence (1994) menyatakan bahwa “kontribusi IQ bagi keberhasilan
seseorang hanya sekitar 20 % dan sisanya yang 80 % ditentukan oleh serumpun
faktor-faktor yang disebut Kecerdasan Emosional. Dari nama tehnis itu ada yang
berpendapat bahwa kalau IQ mengangkat fungsi pikiran, EQ mengangkat fungsi
perasaan. Orang yang ber-EQ tinggi akan berupaya menciptakan keseimbangan dalam
dirinya; bisa mengusahakan kebahagian dari dalam dirinya sendiri dan bisa
mengubah sesuatu yang buruk menjadi sesuatu yang positif dan bermanfaatKarena
kecerdasan emosi ini lebih ditekankan kepada jati diri dan emosi kita. Walaupun
emosi dapat dikontrol dengan mengikuti pelatihan-pelatihan seperti ESQ dan
lainnya, tetapi butuh kesadaran tinggi untuk mengontrol emosi kita ini.
3. Spiritual
Qoutient (SQ)
Kecerdasan Spiritual ini berkaitan
dengan keyakinan kita kepada Tuhan.Kecerdasan ini muncul apabila kita
benar-benar yakin atas segala ciptaannya dan segala kuasanya kepada manusia
(bukan atheis).
Danah Zohar,
penggagas istilah tehnis SQ (Kecerdasan Spiritual) dikatakan bahwa kalau IQ
bekerja untuk melihat ke luar (mata pikiran), dan EQ bekerja mengolah yang di
dalam (telinga perasaan), maka SQ (spiritual quotient) menunjuk pada kondisi
‘pusat-diri’ ( Danah Zohar & Ian Marshall: SQ the ultimate intelligence:
2001). Kecerdasan ini adalah kecerdasan yang mengangkat fungsi jiwa sebagai
perangkat internal diri yang memiliki kemampuan dan kepekaan dalam melihat
makna yang ada di balik kenyataan apa adanya ini. Kecerdasan
ini bukan kecerdasan agama dalam versi yang dibatasi oleh
kepentingan-pengertian manusia dan sudah menjadi ter-kavling-kavling sedemikian
rupa. Kecerdasan spiritual lebih berurusan dengan pencerahan jiwa. Orang yang
ber – SQ tinggi mampu memaknai penderitaan hidup dengan memberi makna positif
pada setiap peristiwa, masalah, bahkan penderitaan yang dialaminya. Dengan
memberi makna yang positif itu, ia mampu membangkitkan jiwanya dan melakukan
perbuatan dan tindakan yang positif.
4. Moral Quotient (MQ)
Nilai, filosofi, dan kumpulan
kecerdasan moral memiliki pengaruh yang sangat penting terhadap bisnis. Hal
tersebut merupakan dasar dari visi, tujuan, dan budaya organisasi. Tantangan
dari kecerdasan moral bukan hanya untuk mengetahui yang benar dan yang salah,
namun juga untuk berbuat serta melakukan tindakan yang benar. Pada segolongan
populasi manusia terdapat sekelompok manusia dengan jumlah prosentase yang
kecil menderita, mengalami sakit jiwa ataupun terkucil. Kelompok ini
kemungkinan tidak “mengerti” yang benar dan yang salah. Mengapa kita tidak
lebih sering melakukan tindakan yang tepat? Kebanyakan orang melakukan tindakan
yang tepat kadang-kadang saja. Bertindak atas setiap keputusan yang kita buat
setiap hari, mempertimbangkan apa yang “benar”, apa yang lebih baik dan dapat
membantu komunitas kita, organisasi, dan orang lain. Namun kita tidak selalu
setuju dengan apa yang benar.
Dalam hal ini nilai dan filosofi
turut berperan. Penilaian kita menjadi dasar dalam percaya dan menentukan
tindakan. Filosofi merupakan jalan bagi kita untuk menentukan nilai. Filosofi
yang cerdas merupakan keinginan untuk memahami manusia, benda, dan dunia
melalui rangkaian kata yang menggambarkan bagaimana mereka bekerja dengan
demikian menyediakan suatu keamanan emosional dalam meramalkan masa depan.
Manusia dengan filosofi mempercayakan pada logika dalam membuat keputusan, dan
menaksirkan harga dari sesuatu melawan “kode” yang mendasar atau mengatur garis
pedoman yang menyebabkan ketegangan. Manusia dengan pandangan ini mempercayakan
pada kesadaran persaingan, terkadang pada wewenang sosial yang terpisah. Anda
mungkin pernah mendengar perkataan seseorang dengan filosofi yang cerdas,
contohnya: “jika anda memiliki solusi yang luwes, orang lain akan
mempercayainya. Tidak perlu mencoba untuk meyakinkan mereka mengenai
kebaikannya.” Mereka dapat menggunakan sebuah gaya kemimpinan, jika visi yang
digambarkan menjadi penyebab yang baik di masa depan.
Dalam hipotesa penelitian ini
ditemukan bahwa terdapat hal lebih mendasar dari kemampuan kecerdasan
emosional. Hal tersebut tampak semacam kompas moral. Hal tersebut merupakan
jantung dari kesuksesan bisnis yang berjalan lama. “Sesuatu yang lebih” ini
dinamakan kecerdasan moral (moral intelligence). Kecerdasan moral merupakan
kapasitas mental untuk menentukan bagaimana prinsip umum manusia yang harus
digunakan pada nilai, tujuan, dan tindakan. Istilah yang mudah, kecerdasan
moral merupakan kemampuan untuk membedakan yang benar dari yang salah seperti
yang didefinisikan oleh prinsip umum. Prinsip umum merupakan kepercayaan
mengenai tingkah laku manusia secara umum pada seluruh budaya di dunia.
Kecerdasan moral bukan hanya penting
untuk mengefektifkan kepemimpinan, namun juga merupakan “pusat kecerdasan” bagi
seluruh manusia. Mengapa? Karena kecerdasan moral secara langsung mendasari
kecerdasan manusia untuk berbuat sesuatu yang berguna. Kecerdasan moral
memberikan hidup manusia memiliki tujuan. Tanpa kecerdasan moral, kita tidak
dapat berbuat sesuatu dan peristiwa-peristiwa yang menjadi pengalaman jadi
tidak berarti. Tanpa kecerdasan moral kita tidak akan tahu mengapa pekerjaan
yang kita lakukan? Dan apa yang harus dikerjakan?
5. Adversity
Quotient
Ketika akhirnya Thomas Alva Edison
(1847 - 1931) berhasil menemukan baterai yang ringan dan tahan lama, dia telah
melewati 50.000 percobaan dan bekerja selama 20 tahun. Tak heran kalau ada yang
bertanya, “Mr. Edison, Anda telah gagal 50.000 kali, lalu apa yang membuat Anda
yakin bahwa akhirnya Anda akan berhasil?” Secara spontan Edison langsung
menjawab, “Berhasil? Bukan hanya berhasil, saya telah mendapatkan banyak hasil.
Apakah adversity quotient (AQ) itu?
Menurut Stoltz, AQ adalah kecerdasan untuk mengatasi kesulitan. “AQ merupakan
faktor yang dapat menentukan bagaimana, jadi atau tidaknya, serta sejauh mana
sikap, kemampuan dan kinerja Anda terwujud di dunia,” tulis Stoltz. Pendek
kata, orang yang memiliki AQ tinggi akan lebih mampu mewujudkan cita-citanya
dibandingkan orang yang AQ-nya lebih rendah.
Untuk memberikan gambaran, Stoltz
meminjam terminologi para pendaki gunung. Dalam hal ini, Stoltz membagi para
pendaki gunung menjadi tiga bagian:
· Quitter
(yang menyerah). Para quitter adalah para pekerja yang sekadar untuk bertahan
hidup). Mereka ini gampang putus asa dan menyerah di tengah jalan
· Camper
(berkemah di tengah perjalanan) Para camper lebih baik, karena biasanya mereka
berani melakukan pekerjaan yang berisiko, tetapi tetap mengambil risiko yang
terukur dan aman. “Ngapain capek-capek” atau “segini juga udah cukup” adalah
moto para campers. Orang-orang ini sekurang-kurangnya sudah merasakan
tantangan, dan selangkah lebih maju dari para quitters. Sayangnya banyak
potensi diri yang tidak teraktualisasikan, dan yang jelas pendakian itu
sebenarnya belum selesai.
· climber
(pendaki yang mencapai puncak). Para climber, yakni mereka, yang dengan segala
keberaniannya menghadapi risiko, akan menuntaskan pekerjaannya. Mereka mampu
menikmati proses menuju keberhasilan, walau mereka tahu bahwa akan banyak rintangan
dan kesulitan yang menghadang. Namun, di balik kesulitan itu ia akan
mendapatkan banyak kemudahan.”Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada
kemudahan”. Dalam konteks ini, para climber dianggap memiliki AQ tinggi. Dengan
kata lain, AQ membedakan antara para climber, camper, dan quitter.
Jawaban luar biasa dari pencipta
lampu pijar itu menjadi salah satu contoh ekstrem seorang climber
(pendaki)–yang dianggap memiliki kecerdasan mengatasi kesulitan (adversity
quotient, AQ) tinggi. Terminologi AQ memang tidak sepopuler kecerdasan emosi
(emotional quotient) milik Daniel Goleman, kecerdasan finansial (financial
quotient) milik Robert T. Kiyosaki, atau kecerdasan eksekusi (execution
quotient) karya Stephen R. Covey. AQ ternyata bukan sekadar anugerah yang
bersifat given. AQ ternyata bisa dipelajari. Dengan latihan-latihan tertentu,
setiap orang bisa diberi pelatihan untuk meningkatkan level AQ-nya. Manusia
sejati adalah manusia yang jika menempuh perjalanan yang sulit, mereka selalu
optimis; sedangkan jika mereka melewati perjalanan yang mudah mereka malah
khawatir.
Dalam kehidupan nyata, hanya para
climbers-lah yang akan mendapatkan kesuksesan dan kebahagiaan sejati. Sebuah
penelitian yang dilakukan Charles Handy-seorang pengamat ekonomi kenamaan asal
Inggris terhadap ratusan orang sukses di Inggris memperlihatkan bahwa mereka
memiliki tiga karakter yang sama. Yaitu, pertama, mereka berdedikasi tinggi
terhadap apa yang tengah dijalankannya. Dedikasi itu bisa berupa komitmen,
kecintaan atau ambisi untuk melaksanakan pekerjaan dengan baik. Kedua, mereka
memiliki determinasi. Kemauan untuk mencapai tujuan, bekerja keras,
berkeyakinan, pantang menyerah dan kemauan untuk mencapai tujuan yang
diinginkannya. Dan ketiga, selalu berbeda dengan orang lain. Orang sukses
memakai jalan, cara atau sistem bekerja yang berbeda dengan orang lain pada
umumnya. Dua dari tiga karakter orang sukses yang diungkapkan Handy dalam The
New Alchemist tersebut erat kaitannya dengan kemampuan seseorang dalam
menghadapi tantangan, dalam dunia kerja, mengapa para karyawan yang ber-IPK
tinggi kalah bersaing dibandingkan para karyawan lain yang ber-IPK rendah
tetapi lebih berani dalam bertindak?
Sedangkan,Secara konvensional klasifikasi kecerdasan dewasa ini masih
mengikuti klasifikasi yang dikembangkan oleh Binet dan Simon, diantaranya :
1. Idiot ( IQ 0 –
9 ); Dimana Idiot adalah istilah yang diperuntukan bagi anak yang pemikiran
masih sangat rendah atau paling rendah.
2. Embisil ( IQ 20
– 49 )
3. Moron ( IQ 50 –
69 ); Moron merupakan problem terbesar masyarakat. Pada masa dewasa, moron
dianggap memiliki kecerdasan.
4. Inferior ( IQ
70 – 79 ); merupakan kelompok tersendiri dari individu –individu terbelakang.
Kecakapan pada umumnya hampir sama dengan kelompok embisil, namun kelompok ini
memiliki kecakapan tertentu yang melebihi kecerdasannya.
5. Bodoh ( IQ 80 –
89 ); Pada umumnya kelompok ini agak lambat dalam mencerna pelajaran disekolah.
6. Normal / rata –
rata ( IQ 90 -109); kelompok ini merupakan kelompok yang terbesar prestasinya
diantaran populasi.
7. Pandai ( IQ 110
-119); Kelompok ini pada umumnya mampu menyelesaikan pendidikan tingkat universitas atau perguruan tinggi.
8. Superior ( IQ
120 -129); Kelompok ini lebih cakap.
9. Sangat Superior
( IQ 130 - 139); Kelompok ini merupakan kelompok superior yang berbeda pada
tingkat tertinggi dalam kelompok tersebut.
10. Gifted ( IQ 140
- 179); kelompok ini merupakan mereka yang tidak genius tetapi menonjol dan
terkenal.
11. Genius ( IQ 180
keatas); kelompok ini bakat dan keistimewaanya telah tampak sejak kecil.
D. 9
Tipe – Tipe
Kecerdasan Manusia menurut Prof. Dr. Howard Gardner
1.
Intellegence of Word (Kecerdasan Mengolah Kata)
·
Seseorang yang memiliki kecerdasan ini
mengacu pada penggunaan bahasa lisan maupun tulisan dan kemampuan berbahasa
dengan baik dan efektif. Biasanya orang yang memiliki Kecerdasan ini dapat
menghibur, mengajar, meyakinkan dan memberikan argumentasi dengan bahasa yang
sangat baik dan benar. Seseorang yang memiliki kecerdasan ini biasanya suka dan
tertarik dengan bermain kata-kata, diskusi, membaca, dan pastinya menulis.
Seseorang yang punya kecerdasan ini mampu mengekspresikan hal dengan bahasa
secara singkat, tepat dan jelas. Oleh karena itu, Orang yang memiliki
kecerdasan ini dapat beragumen dengan baik. Untuk pekerjaan, biasanya menjadi
Pelawak, Artis, Penulis, pokoknya yang berhubungan dengan bahasa dan tulisan
deh.
2.
Intellegence of Logic (Kecerdasan Logika)
·
Seseorang yang memiliki kecerdasan ini
mengacu pada penalaran, logika, dan mengolah angka yang baik. Biasanya orang
yang memiliki kecerdasan ini memiliki pemikiran yang rasional. Orang yang
memiliki Kecerdasan ini mempunyai kemampuan untuk memahami argumen lawan bicara
dengan logis dan dapat memecahakan masalah matematika dengan baik dengan
menggunakan kecerdasan logis dan
matematis.
·
Para Ilmuan kebanyakan memiliki
kemampuan ini untuk mendapatkan suatu hipotesa sebelum di uji. Untuk pekerjaan,
biasanya menjadi seorang ilmuan, akuntan, dan yang berhubungan dengan logika
dan matematis.
3.
Intellegence of Visual (Kecerdasan Visual)
·
Seorang dengan kecerdasan ini memiliki
tingkat seni yang tinggi. Kecerdasan ini mengacu pada visualisasi, gambar,
ruang, dan tentang gambaran perasaan seseorang. Jika sobat sekalian punya hobi
menggambar, jika ada yang terlihat dan langsung ingin diabadikan menjadi sebuah
foto, mencoret-coret dinding, dan sebagainya. Berarti sobat adalah termasuk
dalam katogori kecerdsan ini. Seorang yang memiliki kemampuan ini dalam hal
pekerjaan sangat cocok untuk menjadi seorang pelukis, photografer, disainer,
arsitek, dan lain-lain.
4.
Intellegence of Music (Kecerdasan Musikal)
·
Nah, biasanya orang yang memiliki
kemampuan ini sangat baik dalam mengingat, menyanyikan, dan menciptakan suatu
irama musik. Orang dengan kecerdasan ini juga sangat peka dalam hal musik.
Kecerdasan ini biasanya mempunyai suara yang merdu dan sangat baik dalam
mengidentifikasi suatu nada. Mereka dengan kecerdasan ini sangat sentitif, bisa
bekerja dengan mendenfarkan musik, juga mahir dalam memainkan alat musik.
Mereka berfikir melalui melodi dan irama. Pekerjaan yang biasanya mereka
dapatkan adalah menjadi penyanyi ataupun komposer yang baik. tetapi tidak
semuanya .
5.
Intellegence of Physical (Kecerdasan Fisik)
·
Bagi sobat yang suka joget-joget inilah
tipe kecerdasan kamu. Orang yang memiliki kecerdasan ini mampu mengendalikan
gerak tubuh dengan baik. Mereka yang memiliki kecerdasan ini mempunyai keahlian
fisik yang khusus lho, seperti lincah, kekuatan, gerak fleksibel, seimbang, dan
juga kemampuan taktis yang baik. Pekerjaannya apa ya? biasanya menjadi atlet,
aerobik, mortir, penari, dan lain-lain.
6.
Intellegnce of People (Kecerdasan Intrapersonal)
·
Seseorang yang memiliki kecerdasan ini
sangat pintar dalam mengerti dan memahami perasaan orang lain. Dengan hanya
menatap matanya. Sangat peka dengan perasaan dan suasana hati seseorang.
Kecerdasan ini mengacu pada banyak hal, mulai dari kemampuan untuk memimpin,
berempati, dan kemampuan untuk mengorganisir orang lain. Orang dengan
kecerdasan ini juga memiliki kemampuan untuk belajar dari gerak tubuh dan
tindakan seseorang, oleh karena itu Seseorang yang mempunyai kecerdasan ini
belajar bukan melalui teori tetapi melalui tindakan atau langsung turun
kelapangan. Biasanya cocok untuk menjadi Psikolog.
7.
Intellegnce of Self (Kecerdasan Interpersonal)
·
Orang yang memiliki kemampuan ini peka
dan pintar untuk mengenali emosi diri sendiri. Tahukah kamu? Kecerdasan ini
dapat dengan mudah mengetahui perasaan sendiri, memperkaya, membimbing, dan
membedakan berbagai macam kondisi yang terjadi pada dirinya. Kecerdasan ini
juga punya sebuah kemampuan khusus yaitu kemampuan Stasioner.
·
Kemampuan Stasioner adalah kemampuan
untuk menjadi netral dan sulit untuk di pengaruhi oleh keinginan, keyakinan,
emosi, dan sebagainya ketika dihadapakan oleh suatu masalah. Seseorang yang
memiliki kecerdasan ini cocok untuk menjadi wirausahawan.
8.
Intellegence of Nature (Kecerdasan Natural)
·
Seseorang yang memiliki kemampuan ini
sangat peka terhadap Alam, apa yang terjadi dengan alam, menyenangi dan
menyayangi alam. Mereka dapat berhubungan baik dengan alam apa lagi lingkungan
sekitarnya, biasanya mereka pasti memiliki hewan peliharaan atau pun memelihara
bunga. Seorang yang memiliki kecerdasan ini biasanya menjadi ahli biologi,
pecinta alam, aktifis lingkungan, dan lain-lain.
9.
Intellegence of Existence (Kecerdasan Intuitif)
·
Kecerdasan Intuitif adalah kecerdasan
yang dimiliki seseorang dengan tingkat insting yang baik. Biasanya orang yang
memiliki kecerdasan ini peka terhadap makna kenapa kita hidup di dunia ini.
Seseorang yang mempunyai kecerdasan ini dapat mengetahui sesuatu yang benar
atau salah dari insting dan naluri yang dia miliki. Biasanya kecerdasan ini
dimiliki oleh Da'i, Ustadz, juru Dakwah, Pemimpin, dan lain-lain.
E.
Faktor yang
Mempengaruhi Kecerdasan dalam Belajar dan Perkembangan Anak.
Ada beberapa faktor-faktor kecerdasan
yang menentukan tingkat kecerdasan seseorang menjadi berbeda-beda yaitu sebagai
berikut :
1. Faktor Bawaan
Dimana faktor ini ditentukan oleh sifat yang dibawa sejak
lahir. Batas kesanggupan atau kecakapan seseorang dalam memecahkan masalah,
antara lain ditentukan oleh faktor bawaan. Oleh karena itu, di dalam satu kelas
dapat dijumpai anak yang bodoh, agak pintar, dan pintar sekali, meskipun mereka
menerima pelajaran dan pelatihan yang sama.
2. Faktor Minat dan Bawaan yang Khas
Dimana minat mengarahkan perbuatan kepada suatu tujuan dan
merupakan dorongan bagi perbuatan itu. Dalam diri manusia terdapat dorongan
atau motif yang mendorong manusia untuk berinteraksi dengan dunia luar,
sehingga apa yang diminati oleh manusia dapat memberikan dorongan untuk berbuat
lebih giat dan lebih baik.
3. Faktor Pembentukan
Dimana pembentukan adalah segala keadaan di luar diri
seseorang yang mempengaruhi perkembangan intelengensi. Di sini dapat dibedakan
antara pembentukan yang direncanakan, seperti dilakukan di sekolah atau
pembentukan yang tidak direncanakan, misalnya pengaruh alam sekitarnya.
4. Faktor Kematangan
Dimana organ dalam tubuh manusia mengalami pertumbuhan dan
perkembangan. Setiap organ manusia baik fisik maupun psikis, dapat dikatakan
telah matang, jika ia telah tumbuh atau berkembang hingga mencapai kesanggupan
menjalankan fungsinya masing-masing.
5. Faktor Kebebasan
Hal ini berarti manusia dapat memilih metode tertentu dalam
memecahkan masalah yang dihadapi. Di samping kebebasan memilih metode, juga
bebas dalam memilih masalah yang sesuai dengan kebutuhan.
1.
Faktor
Pengalaman
Pengalaman meupakan ruang
belajar yang dapat mendorong pertumbuhan potensi seseorang. Penelitian
menunjukkan bahwa potensi otak tumbuh dan berkembang sejalan dengan pengalaman
hidup yang dilaluinya. Sejak lahir hingga masa kanak – kanak yang memperoleh
pengasuhan yang dari ibunya akan tumbuhlebih cepat dan lebih sukses dibanding
anak yang kurang mendapatkan perhatian lebih cendrung menimbulkan rasa rendah
diri dan frustasi.
2.
Faktor
Lingkungan
Lingkungan atau konteks akan banyak
membentuk kepribadian termauk potensi kecerdasan seseorang. Seseorang yang
memberi stimulus dan tantangan diikuti pemberdayaan serta dukungan yang akan
memperkuat otot mental dn kecerdasan.
BAB III
PENUTUPAN
A.
Kesimpulan
Kecerdasan adalah kemampuan general manusia untuk melakukan
tindakan-tindakan yang mempunyai tujuan dan berpikir dengan cara rasional. Selain itu, kecerdasan dapat juga diartikan sebagai
kemampuan pribadi untuk memahami, melakukan Inovasi dan memberikan solusi terhadap dalam berbagai situasi di lingkungan
hidupnya.
Sebuah penelitian yang dilakukan Charles Handy-seorang
pengamat ekonomi kenamaan asal Inggris terhadap ratusan orang sukses di Inggris
memperlihatkan bahwa mereka memiliki tiga karakter yang sama. Yaitu, pertama,
mereka berdedikasi tinggi terhadap apa yang tengah dijalankannya. Dedikasi itu
bisa berupa komitmen, kecintaan atau ambisi untuk melaksanakan pekerjaan dengan
baik. Kedua, mereka memiliki determinasi. Kemauan untuk mencapai tujuan,
bekerja keras, berkeyakinan, pantang menyerah dan kemauan untuk mencapai tujuan
yang diinginkannya. Dan ketiga, selalu berbeda dengan orang lain. Orang sukses
memakai jalan, cara atau sistem bekerja yang berbeda dengan orang lain pada
umumnya.
DAFTAR PUSTAKA
Niamah.
2012. Pengertian kecerdasan Menurut Pendapat Beberapa Ahli (di unduh melalui : http://warnaa-warnii.blogspot.com)
Ahmadi & Soleh. (2005). Psikologi Perkembangan. Jakarta: Rineka Cipta.
Arikunto, S. (2002). Prosedur Penelitian: Suatu
Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka
Cipta.
Citra, Ade Ira. (2009). Pengaruh Karakteristik Individu
dan Psikologis terhadapKinerja Perawat dalam Kelengkapan Rekam Medis di Ruang
Rawat Inap.Medan.
dari
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/6701/1/09E01915.pdf
The Betting Machines in Las Vegas | JTM Hub
BalasHapusExperience betting machines and 김해 출장샵 find a winning combination of Las Vegas 충청북도 출장안마 casino, 진주 출장안마 poker, and slots. 전라남도 출장안마 The Best Slots Machines 공주 출장안마 at the Best Vegas Casinos.